Selasa, 08 Juni 2021

Work 1

 MUSAQAH


1. Pengertian dan dasar hukum Musaqah

Menurut bahasa, Musaqah berasal dari kata “As-Saqyu” yang artinya penyiraman. Sedangkan menurut istilah musaqah adalah kerjasama antara pemilik kebun (tanah) dengan petani penggarap, yang hasilnya dibagi berdasarkan perjanjian.

Musaqah hukumnya jaiz (boleh), hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW :


عَنِ ابْنِ عُمَرَرَضِيَ الله ُعَنْهُمَاأَنَّ النَّبِيَّ ص م عَامَلَ أَهْلَ خَيْبَرَ بِشَرْطٍ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا مِنْ


ثَمَرٍأَوْزَرْعٍ (متفق عليه)


Dari ibnu Umar ra. “bahwasanya Nabi SAW telah mempekerjakan penduduk Khaibar dengan syarat akan diberi upah separuh dari hasil tanaman atau buah-buahan yang keluar dari lahan tersebut” (HR. Muttafaq Alaih).


2. Rukun dan Syarat Musaqah

Rukun Musaqah (Musaqi) adalah sebagai berikut:


a. Pemilik kebun dan petani penggarap (Saqi).

b. Pohon atau tanaman dan kebun yang dirawat.

c. Pekerjaan yang dilaksanakan baik waktu, jenis dan sifat pekerjaannya.

d. Pembagian hasil tanaman atau pohon.

e. Akad, baik secara lisan atau tertulis maupun dengan isyarat.


Sementara itu syarat-syarat musaqah adalah sebagai berikut :


a. Pohon atau tanaman yang dipelihara harus jelas dan dapat dilihat.

b. Waktu pelaksanaan musaqah harus jelas, misalnya: setahun, dua tahun atau sekali panen atau

lainnya agar terhindar dari keributan di kemudian hari.

c. Akad Musaqah yang dibuat hendaknya sebelum nampak buah atau hasil dari tanaman itu.

d. Pembagian hasil disebutkan secara jelas.


3. Masa berakhirnya Musaqah


Akad musaqah akan berakhir apabila :


a. Telah habis batas waktu yang telah disepakati bersama.

b. Petani penggarap tidak sanggup lagi bekerja.

c. Meninggalnya salah satu dari yang melakukan akad.


4. Hikmah Musaqah


Dapat terpenuhinya kemakmuran yang merata.

Terciptanya saling memberi manfaat antara kedua belah pihak (si pemilik tanah dan petani penggarap).

Bagi pemilik tanah merasa terbantu karena kebunnya dapat terawat dan menghasilkan.

Disamping itu kesuburan tanahnya juga dapat dipertahankan.

B. MUZARA’AH DAN MUKHABARAH


1. Pengertian Muzara’ah dan Mukhabarah


Menurut bahasa muzara’ah artinya penanaman lahan. Menurut istilah muzara’ah adalah suatu usaha kerjasama antara pemilik sawah atau ladang dengan petani penggarap yang hasilnya dibagi menurut kesepakatan, dimana benih tanaman dari si Pemilik tanah. Adapun zakat dari hasil kerja sama ditanggung oleh pemilik sawah atau ladang.


Sedangkan mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik sawah atau ladang dengan petani penggarap yang hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan kedua belah pihak, dimana benih tanaman dari petani penggarap.


Adapun zakat dari hasil usaha tersebut ditanggung oleh penggarap.


2. Rukun dan Syarat Muzara’ah dan Mukhabarah


a. Rukun Muzara’ah dan Mukhabarah


1). Pemilik dan penggarap sawah.

2). Sawah atau lading.

3). Jenis pekerjaan yang harus dilakukan.

4). Kesepakatan dalam pembagian hasil (upah).

5). Akad (sighat).


b. Syarat Muzara’ah dan Mukhabarah


1). Pada muzara’ah benih dari pemilik tanah, sedangkan pada mukhabarah benih dari

penggarap.

2). Waktu pelaksanaan muzara’ah dan mukhabarah jelas.

3). Akad muzara’ah dan mukhabarah hendaknya dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan.

4). Pembagian hasil disebutkan secara jelas.


3. Hikmah Muzara’ah dan Mukhabarah


a. Terwujudnya kerja sama yang saling menguntungkan antara pemilik tanah dengan petani penggarap.


b. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat.


c. Tertanggulanginya kemiskinan.


d. Terbukanya lapangan pekerjaan, terutama bagi petani yang memiliki kemampuan bertani


tetapi tidak memiliki tanah garapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Pengumpulan Al-Quran pada masa Utsman ibn Affan (Othman bin Affan) adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang memastikan ...